Sebelum menulis postingan ini saya coba googling dengan keyword ‘korban pemilu’ ternyata hasilnya banyak muncul berita tentang petugas KPPS yang meninggal dunia pada Pemilu 2019. Totalnya ada 894 orang petugas KPPS yang meninggal dunia. Saya sedih dan prihatin teringat kembali kejadian tragis dalam proses demokrasi kita. Namun sayangnya Pemerintah dan DPR membatalkan pembahasan revisi UU Pemilu. Jadinya pada tahun 2024 nanti akan kembali dilaksanakan Pilpres dan Pileg secara bersamaan. Bahkan Pilkada serentak untuk seluruh Provinsi dan Kabupaten/Kota juga dilaksanakan pada tahun 2024, walaupun waktu pelaksanaannya tidak bersamaan dengan Pilpres dan Pileg.
Tujuan saya membuat tulisan ini sebenarnya ingin membahas korban pemilu dari sisi kandidatnya, khususnya peserta Pileg. Menurut saya Caleg yang gagal menjadi wakil rakyat juga termasuk korban pemilu. Banyak orang yang memutuskan menjadi Caleg karena tergoda bujuk rayuan pengurus partai politik dan orang-orang yang mencari keuntungan di momen Pemilu dengan menawarkan diri jadi tim sukses.
Teman Baik Saya Jadi Korban Pemilu 2019
Mencegah adanya korban pemilu dari sisi penyelenggara (KPPS) merupakan tanggung jawab pemerintah. Sebagai warga negara saya hanya bisa mengingatkan sesama warga, jangan sampai jadi korban pemilu juga. Kalau ada orang yang menawari kita jadi Caleg, sebaiknya jangan mudah tergoda bujuk rayuannya. Termasuk bujuk rayuan dengan kata-kata manis ‘demi bangsa dan negara’. Kalau terpaksa jadi Caleg karena menghormati pihak yang menawari dan membantu partai politik memenuhi syarat administratif, saran saya sebaiknya jangan mengeluarkan uang untuk biaya kampanye atau biaya politik lainnya, termasuk biaya ‘serangan fajar’.

Saya merasa perlu menyampaikan peringatan ini karena pada Pemilu 2019 teman baik saya menjadi salah satu korbannya. Dia tergoda menjadi Caleg DPRD Kabupaten setelah ditawari oleh pengurus PKS. Teman saya sudah lama jadi anggota PKS dan sialnya saya adalah orang yang pertama kali mengenalkan dia dengan PKS. Waktu itu namanya masih Partai Keadilan. Saya merasa bersalah kepadanya, dia gagal jadi wakil rakyat padahal dia sudah mengeluarkan dana lebih dari Rp350juta. Sebagian besar dana tersebut digunakan untuk biaya ‘serangan fajar’. Menurut pengakuan jujur teman baik saya, hampir semua Caleg melakukan ‘serangan fajar’.
Harus Ada Perubahan Sistem Pemilu
Saya berharap di Pemilu 2024 tidak ada lagi caleg gagal yang jadi korban Pemilu. Sudah pasti akan ada banyak orang yang didaftarkan jadi Caleg demi memenuhi persyaratan administratfif partai politik. Kepada mereka yang nanti namanya terdaftar sebagai Caleg di kertas suara, sebaiknya pikirkan ulang beribu-ribu kali kalau harus keluar uang untuk biaya kampanye atau biaya politik lainnya. Video berikut ini bisa jadi bahan renungan.
Video tersebut diupload pada Mei 2020 tapi shooting acaranya kemungkinan sebelum Pileg 2014 yang dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014. Sayang sekali video tersebut tidak menjadi bahan evaluasi orang-orang yang punya kewenangan untuk mengubah sistem Pemilu.
Supaya tidak memakan banyak korban, sistem Pemilu di Indonesia harus diubah. Berikut ini saya sisipkan video wawancara seorang politisi muda yang mewacanakan perubahan sistem Pemilu dan sistem politik di Indonesia, dia juga salah satu korban Pemilu 2019.
Orang Baik Jangan Salah Memilih Jalan Politik
Berbagai permasalahan yang ada di negara ini membuat sebagian orang baik terpanggil untuk memperbaikinya dengan ikut terlibat di politik. Salah satu jalan politik yang bisa dipilih adalah dengan ikut kontetasi politik seperti Pilpres, Pileg dan Pilkada. Menurut saya, mencalonkan diri untuk ikut kontestasi politik kemudian menawar-nawarkan dirinya saat kampanye adalah jalan politik yang salah. Bahkan saya berkeyakinan bahwa orang yang menawar-nawarkan dirinya untuk menjadi penguasa atau pejabat publik adalah orang yang tidak punya martabat. Lebih lengkapnya silahkan baca tulisan lama saya di PartaiGolPut.com/martabat.
Daripada memilih jalan politik yang mahal dengan ikut kontestasi politik, lebih baik memilih jalan politik yang mudah, yaitu dengan menjadi pemilih yang cerdas. Sebelum menentukan pilihan, pelajari dulu rekam jejak kandidat yang akan dipilih. Kalau tidak mau pusing, pilih saja kandidat yang diperjuangkan oleh gerakan politik gotong royong #SinergiRakyat.
Menawarkan Gagasan Politik Gotong Royong
Tujuan saya membuat akun media sosial PartaiGolPut dan menulis di blog PartaiGolPut.com ini bukan untuk mengkampanyekan golput dalam arti memilih untuk tidak memilih. Saya sangat sadar negara kita membutuhkan orang-orang yang amanah, kompeten dan berintegritas. Nah agar orang-orang seperti itu bisa jadi pejabat publik, baik di eksekutif maupun legislatif, salah satunya mau tidak mau harus melalui mekanisme kontetasi politik yang namanya Pemilu. Untuk mensiasati sistem Pemilu saat ini yang lebih berpihak kepada yang punya uang banyak, saya menawarkan gagasan politik gotong royong #SinergiRakyat.
Sumber foto : *https://foto.kontan.co.id/X5ziXhBkIz03taGjXFsLmlevQWI=/smart/2014/04/11/151498079.jpg